SIDRAP, HBK — Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Sidrap dinilai sangat menarik dan bakal berlangsung dinamis.
Pasalnya, tak tanggung-tanggung ada tiga Bapaslon Bupati – Wakil Bupati yang sudah mendaftar.
Mereka adalah Syaharuddin Alrif – Nur Kanaah (SAR-Kanaah) dan pasangan Muh Yusuf Dollah – Muh Datariansyah Indra Hamzah (DoaTa) dan H Mashur – H Muh Nasiyanto (Hamas Mo).
Dalam pesta demokrasi kali ini, SAR-Kanaah mendapat dukungan koalisi “Gemuk” dengan partai pengusung peraih kursi parlemen dan non parlemen seperti NasDem (12 kursi), PKS (3 kursi), Demokrat (4 kursi), PPP (2 kursi), Perindo (2 kursi), PAN (1 kursi), serta partai non kursi PBB, PSI, Hanura dan Gelora.
Kemudian pasangan DoaTa diusung partai Gerindra (5 kursi) serta PKB (non kursi). Sedangkan pasangan Hamas Mo diusung partai tunggal yakni Golkar.
Hal inipun menjadi ujian bagi partai besutan Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk menghadapi keroyokan kedua Bapaslon dalam koalisi tersebut.
Kendati demikian, partai Gerindra dan PKB tak gentar dengan hal tersebut. Bahkan dengan strategi pengalaman Pilkada 2019 lalu yang sukses menghantar kemenangan pasangan H.Dollah Mando dan H.Mahmud Yusuf menjadi bupati terpilih Sidrap periode 2029-2024.
Dengan koalisi ‘Kurus’ yakni Gerindra-Demokrat, sukses menjadi pemenang pilkada Sidrap 2029 lalu.
Hal tersebut disampaikan Juru Bicara (Jubir) DoaTa, Agus Rasyid Butu, Jumat, 30 Agustus 2024.
Dikatakannya, bahwa tidak bisa dipungkiri kalau koalisi “gemuk” tentu secara struktur dan massif menjadi tantangan menghadapi keroyokan partai pengusung dua pasangan tersebut.
Tapi secara lapangan dan pengalaman belum tentu juga itu segaris atau sejalan dengan perolehan suara kalau mau kalkulasi hitung-hitungan.
Sekretaris PKB Sidrap itu menyebut pada beberapa momentun dan perhelatan pemilihan banyak koalisi gemuk kalah.
“Jadi posisi kita disini bagaimana bisa masuk dulu untuk bertarung. Koalisi Gerindra-PKB kan sudah memenuhi syarat. Nah, terkait bagaimana persoalan strategi melawan yang banyak, tentu ada langkah-langkah yang disiapkan,” ucapnya.
“Artinya secara diatas kertas mereka banyak. Namun dalam faktanya juga beberapa momentum Pilkada, banyak juga yang kalah, karena tidak bisa segaris dan sejalan dengan perolehan suara partai,” tambahnya menutup. (*)
Tinggalkan Balasan