ENREKANG, HBK – Ribuan warga memadati Dusun Ba’ka, Desa Pundi Lemo, Kecamatan Cendana, Selasa (19/8/2025). Mereka datang bukan sekadar untuk menyaksikan, melainkan ikut larut dalam suasana ritual tahunan “Mindio Saluran Tallu”, tradisi sakral yang telah diwariskan turun-temurun dan tetap hidup di tengah masyarakat Enrekang.

Acara ini tak hanya menarik perhatian masyarakat setempat, tetapi juga pengunjung dari luar daerah. Bahkan, Bupati Enrekang bersama Sekda, para kepala dinas, camat, kepala desa, hingga tokoh perantau turut hadir, memberi penghormatan terhadap tradisi yang sarat nilai budaya dan spiritual tersebut.

Makna Tiga Saluran Air

“Mindio Saluran Tallu” secara harfiah berarti mandi di tiga saluran air. Saluran itu terbuat dari bambu, dan dipercaya membawa kekuatan sakral. Bagi masyarakat Ba’ka, air dari saluran ini bukan sekadar untuk membasuh tubuh, melainkan juga sebagai benteng keselamatan bagi kampung agar terhindar dari mara bahaya.

Menurut kisah yang hidup di tengah warga, ritual ini berawal dari doa seorang tokoh spiritual bernama Puang Taulan yang datang pada hari Selasa terakhir di bulan Syafar. Saat itu, kampung dilanda kemarau panjang. Puang Taulan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi sumber air untuk mandi dan menunaikan ibadah. Doanya terkabul: air mengalir dari sela-sela batu.

Versi lain menyebutkan, air pertama kali muncul berkat doa Ambe Salasa, seorang tokoh yang menggali tanah di sekitar sungai kecil hingga memunculkan sumber air baru. Sejak saat itulah, tradisi mandi Syafar di tiga saluran air ini dilaksanakan tiap tahun.

Sakralitas yang Dijaga

Bagi masyarakat Ba’ka, ritual ini bukan hanya simbol kebersamaan, tetapi juga penjaga harmoni kampung. Sosok Sanro—penjaga spiritual desa—meyakini bahwa air dari saluran tallu adalah berkah doa para leluhur. Karenanya, setiap tahun masyarakat mandi bersama dengan keyakinan dapat mengusir roh jahat, menolak bala, serta menjaga kedamaian kampung.

Apresiasi Pemimpin Daerah

Dalam kesempatan itu, Bupati Enrekang menyampaikan apresiasi kepada masyarakat Dusun Ba’ka yang masih konsisten merawat tradisi ini.

“Tradisi ini tidak sekadar ritual, tetapi warisan budaya yang harus dijaga. Kami berharap ‘Mindio Saluran Tallu’ terus dilestarikan sebagai bagian dari identitas masyarakat Enrekang,” ujarnya.

Lebih dari Sekadar Ritual

Tahun ini, pelaksanaan ritual berlangsung meriah dan penuh antusiasme. Warga dari berbagai kalangan berkumpul, mandi bersama di saluran bambu, lalu bersilaturahmi dalam suasana hangat.

Bagi Dusun Ba’ka, “Mindio Saluran Tallu” bukan hanya tentang mandi di bulan Syafar, melainkan tentang rasa syukur, kebersamaan, serta penghormatan terhadap doa-doa leluhur yang telah menjaga kampung mereka hingga kini. (Abbas)