ENREKANG, HBK — Upaya penguatan pangan lokal kembali bergema, kali ini datang dari sekelompok petani cabe asal Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Rombongan ini dipimpin oleh Bapak Baso Syamsu Rizal, mantan anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, yang datang bersama lima orang petani lainnya untuk berdiskusi dan berkonsultasi langsung dengan salah satu tokoh nasional yang juga dikenal sebagai petani sukses, Drs. H. Muslimin Bando, M.Pd, anggota DPR RI Komisi X Fraksi PAN.
Pertemuan yang berlangsung dalam suasana akrab namun serius ini membahas berbagai topik strategis yang erat kaitannya dengan pengembangan komoditas cabe varietas Salo Dua atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cabe S2, varietas lokal yang kini mulai naik daun di kalangan petani hortikultura karena produktivitasnya yang tinggi serta daya tahan pascapanennya yang cukup baik.
Dalam diskusi tersebut, rombongan petani mengemukakan empat pokok pikiran utama:
1. Konsultasi tentang teknik perawatan dan budidaya Cabe S2, mengingat varietas ini memerlukan perhatian khusus dalam pengairan, pemupukan, dan perlindungan dari hama agar menghasilkan panen optimal.
2. Pengajuan konsep penggunaan lahan reklamasi hasil kerukan Danau Tempe sebagai kebun kolektif untuk budidaya cabe. Mereka memandang lahan tersebut memiliki potensi besar, namun memerlukan arahan dari sisi regulasi dan teknis pengelolaan.
3. Pembahasan tentang tata niaga pasar dan stabilitas harga, sebagai bentuk kekhawatiran atas anjloknya harga cabe di musim panen raya yang seringkali membuat petani merugi.
4. Wacana pembangunan agrowisata di kawasan pulau hasil reklamasi Danau Tempe, yang ingin mereka kembangkan menjadi kawasan edukatif dan destinasi ekonomi kreatif berbasis pertanian.
Mendengar paparan tersebut, Drs. H. Muslimin Bando, M.Pd. menyambut positif inisiatif para petani ini.
Sebagai sesama petani Cabe Salo Dua yang telah lebih dulu merasakan hasil panen yang melimpah dari varietas tersebut, ia mengaku senang melihat tumbuhnya semangat kolaborasi dan inovasi dari akar rumput.
Dalam tanggapannya, Muslimin Bando menyatakan bahwa gagasan-gagasan yang disampaikan sangat sejalan dengan kebijakan nasional dalam menjaga stabilitas pangan, terutama di daerah-daerah sentra pertanian seperti Sulawesi Selatan. Ia juga menegaskan bahwa upaya ini sejalan dengan arahan Ketua Umum PAN, Dr. (H.C.) H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M., yang saat ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pangan Indonesia.
Namun, pria yang akrab disapa MB ini juga memberi beberapa catatan penting, khususnya dalam hal penggunaan lahan reklamasi.
“Saya sangat mengapresiasi niat baik para petani ini. Tapi, sebelum kita masuk ke tahapan produksi besar-besaran, yang paling utama adalah memperjelas aspek legalitas lahan tersebut. Karena ini adalah lahan reklamasi, maka penggunaannya harus melalui prosedur hukum yang sah agar tidak menimbulkan masalah ke depan,” ujar MB.
Ia juga menyarankan agar pengelolaan lahan dilakukan dengan pendekatan modern, bukan lagi dengan metode konvensional. Dalam konteks ini, penggunaan Sistem Sintan (alat mesin pertanian) sangat disarankan untuk menjaga efisiensi dan keberlanjutan produksi.
Hal ini penting agar petani tidak hanya mengejar hasil sesaat, tetapi membangun sistem pertanian yang berorientasi jangka panjang.
Lebih lanjut, Muslimin Bando menekankan pentingnya pengetahuan tentang kesiapan dan kematangan tanah secara holistik. Ia mengingatkan bahwa tanah reklamasi bukanlah tanah biasa, sehingga harus dipastikan telah “masak” dalam artian memiliki keseimbangan air, zat hara, tekstur, dan mikroorganisme yang mendukung kehidupan tanaman.
“Tanah yang sudah siap, dalam artian mengalami stagnasi atau kekurangan unsur hara, harus diolah dulu. Bisa dengan pupuk organik, penanaman tanaman penutup tanah, atau pengolahan fisik lainnya. Ini bagian dari proses musa tanah, bukan langsung tanam,” tegas MB.
Terkait wacana agrowisata, MB menyambut dengan antusias, namun ia kembali menekankan pentingnya perencanaan matang dan keterlibatan pihak-pihak lintas sektor seperti Dinas Pertanian, Dinas Pariwisata, dan instansi lingkungan hidup agar kawasan yang dibangun tidak hanya indah dan produktif, tetapi juga berkelanjutan secara ekologis.
Dengan semangat gotong royong dan panduan dari tokoh seperti Drs. H. Muslimin Bando, inisiatif ini diyakini bisa menjadi titik tolak kebangkitan pertanian hortikultura lokal, sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional dari level desa hingga pusat. (*)
Tinggalkan Balasan