MAKKAH, HBK – Kementerian Agama RI menghadiri peluncuran resmi platform elektronik Liga Dunia Islam (Rabithah al-‘Alam al-Islami) yang digelar di Makkah Al-Mukarramah pada Rabu (26/11/2025).

Meski tidak hadir secara langsung, Menteri Agama Prof. Nasruddin Umar menunjuk Dr. Muchlis Muhammad Hanafi sebagai perwakilan resmi untuk membacakan sambutan, didampingi Staf Ahli Menteri Agama Dr. H. Bunyamin Yafid, Lc.

Acara peluncuran tersebut juga dihadiri Ketua DPR RI Ahmad Muzani, anggota DPR RI Hidayat Nur Wahid, serta tokoh nasional Din Syamsuddin.

Sementara itu, dari pihak internasional hadir Sekretaris Jenderal Rabithah Syaikh Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa, penasihat Kerajaan Arab Saudi Ali Syekh, serta perwakilan dari berbagai negara anggota Rabithah al-‘Alam al-Islami.

Dalam sambutan yang dibacakan Muchlis Hanafi, Menag Nasruddin Umar menyampaikan apresiasi mendalam atas langkah strategis Rabithah yang meluncurkan platform digital baru sebagai wadah pengembangan dakwah dan pemikiran Islam.

Ia menyebut platform tersebut sebagai proyek visioner yang menunjukkan kemajuan kelembagaan serta kesiapan dunia Islam dalam menghadapi dinamika teknologi.

“Peluncuran platform digital Rabithah al-‘Alam al-Islami merupakan proyek visioner yang menegaskan komitmen Rabithah dalam mengembangkan perangkat dakwah dan pemikiran Islam secara profesional sesuai dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,” ujarnya.

Menag juga menegaskan pentingnya kehadiran Indonesia dalam mendorong dakwah moderat, khususnya di ruang digital. Menurutnya, platform baru ini selaras dengan agenda Indonesia dalam memperluas kerja sama keilmuan dan kolaborasi antar-lembaga Islam dunia.

“Momentumnya semakin istimewa karena dilaksanakan di Makkah al-Mukarramah, tempat turunnya wahyu di sisi Ka’bah yang mulia,” lanjutnya. Menag turut menyampaikan permohonan maaf karena berhalangan hadir, seraya berharap dapat melakukan kunjungan balasan pada kesempatan mendatang.

Dalam sambutannya, Menag juga menyoroti tantangan era digital, termasuk perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya terhadap otoritas keagamaan di ruang publik.

Ia menilai peluncuran platform digital Rabithah sebagai langkah strategis untuk menjaga otentisitas nilai keislaman dan memperkuat peran ulama dalam menghadapi penetrasi informasi yang semakin kompleks.

“Ini bukan sekadar proyek teknologi, melainkan infrastruktur pengetahuan global yang menjaga otentisitas nilai, memuliakan kedudukan ulama, dan mengokohkan moderasi dalam wacana keislaman,” tegasnya.

Melalui kehadiran perwakilan resminya, Indonesia kembali menegaskan komitmennya sebagai negara Muslim terbesar yang konsisten memperkuat dakwah moderat dan memperluas jejaring keilmuan di tingkat internasional.

Peluncuran platform digital Rabithah diharapkan menjadi pintu bagi kerja sama yang lebih intensif dalam membangun ekosistem dakwah yang adaptif, inklusif, dan berdaya saing di era digital. (Moel)