*Momentum Edukasi Demokrasi dan Penguatan Dialog Publik

SIDRAP, HBK — Suasana Kota Pangkajene, Kabupaten Sidrap, pada Senin (1/9/2025) siang terasa berbeda.

Ratusan mahasiswa dari berbagai organisasi kampus menggelar aksi unjuk rasa di hari kedua penyampaian aspirasi mereka.

Dimulai dari Bundaran Kota Pangkajene, massa kemudian berjalan kaki menuju Gedung DPRD Sidrap sambil membawa spanduk dan poster tuntutan.

Meski sempat terjadi pembakaran ban di Jalan Jenderal Sudirman, tepat di depan Gedung DPRD, aksi berjalan tertib, damai, dan penuh kontrol.

Aparat keamanan dari Polres Sidrap menerjunkan ratusan personel untuk mengawal jalannya demonstrasi. Hasilnya, arus lalu lintas tetap terjaga dan aktivitas masyarakat tidak terganggu.

Suara Mahasiswa: Aspirasi untuk Perubahan

Dalam aksinya, mahasiswa mengusung sejumlah tuntutan yang dinilai mewakili keresahan publik. Beberapa poin utama meliputi:

  1. Pencabutan mandat anggota DPRD Sidrap yang dinilai gagal membangun komunikasi efektif dengan masyarakat.
  2. Penolakan pengesahan tunjangan DPR RI yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil.
  3. Desakan reformasi kepolisian, khususnya terkait evaluasi penanganan aksi dan perlindungan hak asasi manusia.
  4. Peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga pendidik, sebagai bagian dari upaya pemerataan kualitas pendidikan.
  5. Evaluasi kebijakan nasional, termasuk peninjauan ulang Undang-Undang Perampasan Aset yang dinilai merugikan rakyat kecil.

Mahasiswa juga menuntut DPRD Sidrap untuk serius meneruskan aspirasi ini ke tingkat pusat, bukan sekadar menerima tuntutan tanpa tindak lanjut nyata.

Kapolres Sidrap: Kami Garda Terdepan Mengawal Aspirasi

Kapolres Sidrap, AKBP Dr. Fantry Taherong, turun langsung menemui massa aksi pada pukul 14.06 WITA. Dalam pernyataannya, ia menegaskan lima komitmen utama Polres Sidrap:

  1. Polres Sidrap siap menjadi garda terdepan mengawal aspirasi mahasiswa agar sampai ke pusat.
  2. Mengajak mahasiswa bersama-sama menjaga kondusivitas keamanan di wilayah Sidrap.
  3. Menegaskan bahwa insiden tewasnya seorang demonstran di tempat lain akibat terlindas kendaraan taktis bukan kewenangan Polres Sidrap dan kasus itu telah ditangani pusat.
  4. Menyatakan bahwa sebagian besar tuntutan mahasiswa merupakan kewenangan pusat, namun Polres siap membantu mengawal proses penyampaiannya.
  5. Memberikan jaminan keamanan selama aksi berlangsung, asalkan demonstrasi dilakukan sesuai aturan dan tidak anarkis.

“Kami ucapkan terima kasih kepada adik-adik mahasiswa karena melaksanakan aksi unjuk rasa dengan adem dan sejuk. Kegiatan masyarakat juga tidak terganggu, semuanya dalam keadaan kondusif,” ujar AKBP Fantry.

Bupati Sidrap Apresiasi Aksi Damai

Bupati Sidrap, H. Syaharuddin Alrif, yang turut hadir bersama Ketua DPRD Sidrap, juga memberikan apresiasi atas sikap dewasa para mahasiswa.

“Kami apresiasi adik-adik mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi dengan adem dan sejuk. Saya bersama Ketua DPRD siap menandatangani pernyataan aspirasi yang akan disampaikan ke pusat,” tegasnya.

Bupati menambahkan bahwa keberanian mahasiswa turun ke jalan patut diapresiasi selama dilakukan dengan cara-cara yang elegan dan damai. Ia berharap Sidrap tetap menjadi daerah yang aman dan kondusif.


Ulasan Edukatif: Aksi Damai, Demokrasi Sehat

Fenomena aksi mahasiswa di Sidrap ini bisa dijadikan contoh praktik demokrasi sehat. Setidaknya, ada tiga pelajaran penting yang bisa diambil:

  1. Pentingnya Dialog Terbuka
    Aksi ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah, kepolisian, dan mahasiswa bisa duduk bersama, saling mendengar, dan menghindari benturan. Demokrasi tidak lahir dari suara satu pihak, tetapi dari ruang dialog.
  2. Mengawal Aspirasi Tanpa Anarki
    Demonstrasi adalah hak konstitusional, tetapi harus dilakukan dengan cara damai. Mahasiswa Sidrap membuktikan bahwa aspirasi bisa disampaikan tanpa harus merusak fasilitas umum atau memicu kerusuhan.
  3. Peran Aparat Keamanan yang Humanis
    Polres Sidrap menampilkan pendekatan persuasif. Alih-alih represif, aparat hadir untuk melindungi, bukan melawan. Ini menjadi standar ideal dalam penanganan aksi unjuk rasa di daerah lain.

Penutup

Aksi mahasiswa di Sidrap bukan sekadar unjuk rasa, tetapi juga cermin dari kedewasaan demokrasi. Ketika aspirasi disampaikan dengan santun, aparat menjaga dengan humanis, dan pemerintah merespons dengan terbuka, Sidrap memberikan teladan bagaimana perbedaan bisa diolah menjadi kekuatan bersama.

Dengan kondisi ini, Sidrap menunjukkan bahwa stabilitas daerah bisa berjalan seiring dengan kebebasan berekspresi. Aspirasi tersampaikan, masyarakat terlindungi, dan aktivitas tetap berjalan lancar. (Arya)