SIDRAP, HBK – Rasa cemas dan amarah menyelimuti para orang tua siswa di TK Negeri Pembina Maritengngae, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidenreng Rappang, setelah plafon sekolah ambruk pada Selasa (26/8/2025) siang.

Ironisnya, plafon tersebut baru saja selesai direnovasi dan diduga belum genap setahun.

Fakta ini memicu kecurigaan publik atas kualitas pekerjaan proyek yang menggunakan anggaran negara untuk fasilitas pendidikan anak usia dini.

“Kami takut kalau sampai ada siswa yang tertimpa. Untung saja saat plafon runtuh tidak ada anak-anak di kelas. Kami minta perbaikan dilakukan cepat dan menggunakan material yang lebih kuat agar tidak terulang lagi,” ungkap salah seorang orang tua siswa, dengan wajah gusar.

Pantauan di Lokasi: Pecahan Plafon Berserakan, Rasa Aman Terkoyak

Jurnalis Sidrap yang turun langsung ke lokasi mendapati bagian plafon di ruang depan TK Negeri Pembina sudah runtuh total.

Pecahan material plafon berserakan di lantai kelas, menandakan besarnya potensi bahaya jika kejadian ini berlangsung saat siswa belajar.

Penjaga sekolah, Muh Rasid, yang pertama kali menemukan plafon ambruk, menduga intensitas hujan tinggi memicu kerusakan. “Materialnya kelihatannya kurang kuat. Begitu hujan deras beberapa hari terakhir, plafon tak mampu menahan beban,” ujarnya.

Pemerintah Bereaksi, Namun Warga Menuntut Transparansi

Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas Pendidikan Sidrap, Rahmat Hambali, mengonfirmasi pihaknya telah berkoordinasi dengan kepala sekolah terkait insiden ini.

“Sudah saya konfirmasi dengan kepseknya. Kami akan menelusuri pihak kontraktor yang mengerjakan renovasi kemarin agar bisa segera membantu proses perbaikan,” ujarnya melalui pesan WhatsApp.

Namun, pernyataan ini belum cukup meredakan kegelisahan orang tua. Mereka menuntut transparansi dari pemerintah terkait penggunaan anggaran, serta memastikan kualitas renovasi berikutnya benar-benar sesuai standar teknis demi keselamatan anak-anak.

Kualitas Proyek Publik Jadi Sorotan

Kasus ini menambah daftar panjang proyek publik yang menuai sorotan akibat dugaan lemahnya pengawasan. Apalagi, insiden ini menyangkut keselamatan siswa usia dini yang sangat rentan terhadap risiko cedera.

“Kalau begini caranya, siapa yang menjamin keselamatan anak-anak kami di sekolah? Jangan sampai renovasi hanya formalitas tanpa memperhatikan kualitas,” kata salah seorang warga dengan nada kecewa.

Tuntutan Warga: Audit Proyek dan Perbaikan Menyeluruh

Masyarakat Maritengngae berharap insiden ini menjadi bahan evaluasi menyeluruh bagi Dinas Pendidikan Sidrap. Tidak hanya perbaikan darurat, mereka juga mendesak dilakukan audit teknis atas proyek renovasi yang sudah berjalan.

“Jangan tunggu korban dulu baru bergerak. Sekolah itu tempat anak-anak menimba ilmu, bukan zona bahaya,” tegas warga lainnya.

Sementara itu, proses belajar mengajar di TK Negeri Pembina untuk sementara dialihkan ke ruang kelas lain yang dinilai lebih aman, sambil menunggu tindak lanjut dari pihak terkait.

Ambruknya plafon TK Negeri Maritengngae menjadi peringatan keras bagi pemerintah daerah dan kontraktor agar lebih serius mengutamakan keselamatan siswa dalam setiap proyek pendidikan.

Anak-anak berhak belajar di ruang yang aman dan layak, bukan di bawah ancaman material bangunan yang bisa runtuh kapan saja. (Arya)